Langsung ke konten utama

WADUK PUSONG-LHOKSEUMAWE




Aroma angin laut sangat terasa di Waduk Pusong, sepanjang mata lepas memandang, akan tersaji peman-dangan yang tak kalah menariknya. Waduk seluas 160 Hektar tersebut, merupakan sebuah bangunan untuk mengatasi banjir di Kota Lhokseumawe.

Namun, bukan berarti Waduk pusong tak memiliki sisi keindahannya. Bila memandang kearah utara akan terlihat pusat Kota Lhokseumawe dengan bangunan-bangunannya. Sedangkan bila menoleh kearah Timur, akan terlihat perkampungan nelayan Pusong dan juga hulu muara yang tersambung dengan pantai Selat Melaka.

Begitu juga kala memandang kearah barat, aliran Sungai Krueng Cunda yang membelah Kota Lhokseumawe yang terbentang bagaikan kelokan indah dengan beberapa bangunan budidaya ikan dalam keramba.


Menikmati panorama Waduk Pusong sangatlah tepat dilakukan pada sore hari. Dimana pada sore hari, angin laut yang tenang yang disertai dengan cuaca yang tidak terlalu panas. Sehingga menjadikan kesan tersendiri bagi pengunjung.
Apalagi saat sore hari, saat airnya surut. Kita bisa menikmati, kaum ibu-ibu yang mencari tiram dipinggiran  waduk di lokasi DAS Krueng Cunda. Begitu juga jika ingin menikmati santai bersama keluarga, dipinggiran waduk yang dibangun dengan dana Rp 125 Milyar ini, juga terdapat tempat duduk yang disediakan oleh para pedagang kuliner. Mulai dari minuman ringan hingga kelapa muda serta jagung bakar, tersedia di waduk ini.


Untuk  mencapai  lokasi  Waduk  Pusong, tidaklah terlalu sulit dengan kendaraan apa saja, akan dapat dengan mudah dicapai kelokasi tersebut. hanya terpaut Satu Kilometer dari pusat kota Lhokseumawe.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TARI RANUP LAMPUAN

Tari Ranup Lampuan lebih difungsikan sebagai tarian penyambutan adat atau penyambutan para tamu terhormat yang sedang berkunjung.Tarian penyambutan ini selalu identik dengan sirih dan puan, yang dalam tradisi masyarakat Aceh memiliki nilai-nilai dan makna khusus di dalamnya. Lihat yang lagi viral saat ini. Klik di sini Dalam adat masyarakat Aceh, sirih dan puan dapat dimaknai sebagai simbol persaudaraan antar masyarakat. Sehingga ketika tamu disuguhkan sirih tersebut, berarti dia sudah diterima dengan baik oleh masyarakat di sana. Begitu juga apabila tamu sudah menikmati suguhan tersebut, berarti dia menerima sambutan baik yang diberikan oleh masyarakat. Tari Ranup Lampuan pertama kali diciptakan pada tahun 1959 oleh salah satu seniman terkenal dari Aceh yang bernama Yusrizal. Nama Tari Ranup Lampuan ini diambil dari kata “Ranup” dan “Lampuan”. Kata Ranup sendiri dalam bahasa Aceh berarti “Sirih”, sedangkan Puan adalah tempat/wadah sirih khas Aceh. Tarian  ini,  diangkat  dari

WISATA KULINER LAPANGAN HIRA' - LHOKSEUMAWE .

Lapangan Hira', adalah lapangan upacara yang biasa dilakukan oleh Pemko Lhokseumawe pada hari-hari tertentu seperti hari besar kenegaraan dan lain sebagainya. Sedangkan pada malam harinya, lapangan Hira ini berubah menjadi lokasi permainan dan juga kuliner. Menikmati malam dilapangan Hira', sangatlah mengasyikkan. apalagi pada malam liburan atau malam minggu. Karena dilokasi ini, banyak terdapat permainan anak-anak. Mulai dari kereta api yang memutar kota, rumah balon hingga mobil-mobilan yang khusus dinaiki oleh anak kecil. Bila menikmati liburan malam bersama keluarga di Lhokseumawe, maka lapangan Hira’ sangatlah cocok untuk didatangi. Selain bisa melepas anak-anak dengan permainannya ditengah lapangan, bisa juga sambil menikmati jajanan khas lapangan Hira’. Untuk makanan atau jajanan khas di Lapangan Hira’ ini adalah “Somay”. Bakso yang dicampur dengan saus dan kecap, sangat nikmat dinikmati bersama-sama dengan keluarga. pedagang somay ini, berjejer di samping lapan

TARI POH KIPAH ACEH

Tari Poh Kipah adalah sebuah tarian yang ditarikan oleh wanita, gerakannya hampir sama dengan gerakan tari Saman. Namun pada tarian ini, lebih ditonjolkan Kipas yang terbuat dari pelepah pinang yang dibentuk sedemikian rupa dan menghasilkan bunyi yang seirama. Gerakan-gerakan tarian ini juga sangat mengikuti irama lambat, sedang dan cepat.