Langsung ke konten utama

PANTAI PUSONG - LHOKSEUMAWE



Kawasan Pusong terbagi kepada dua desa. Yaitu, Gampong Pusong Baru dan Pusong Lama. meskipun berbeda nama, akan tetapi kawasan ini merupakan desa nelayan. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai sebagai nelayan.

Sehingga tidaklah mengherankan, apabila disepanjang bibir pantai di ujung Kecamatan Banda Sakti tersebut, terlihat aktivitas nelayan. Mulai dari kegiatan pendaratan ikan, jual beli ikan, hingga penjemuran dan pengolahan ikan.

Melihat aktivitas keseharian mas-yarakat nelayan dikawasan tersebut, memberi arti tersendiri jika berkunjung ke Kota Lhokseumawe. Dimulai dari kawasan KP3, diantara bangunan batu penahan ombak, mulai terlihat
aktivitas nelayan tradisional dengan menggunakan jaring pukat darat, menarik pukatnya secara perlahalahan.

Dalam satu unit pukat darat ini, jumlah penariknya bisa mencapai 15 orang ataupun lebih dengan dua ujung sisi yang berbeda. Dimana, jaring pukat yang ditarik dengan tenaga manusia tersebut, memakan waktu hampir satu jam untuk satu unit jaring pukat. Serta hasil ikan yang terjaring dalam pukat tersebut, terperangkap dalam satu wadah diujung jaring.

Melangkah lagi, maka akan disuguhi pemandangan aktivitas warga yang sedang menjemur ikan atau membuat ikan asin. Berbagai macam ikan asin, terutama hasil tangkapan nelayan setempat diolah menjadi ikan asin.

Hampir sepanjang pantai dikawasan Pusong tersebut, terlihat bentangan Ancak (tempat menjemur ikan) tersusun rapi disepanjang pantai. Apabila musim teri, maka lokasi penjemuran ikan tersebut, terlihat penuh dengan ikan teri yang sedang dijemur.

Masih dilokasi yang sama, diseberang pasir terlihat kapal-kapal nelayan dengan berbagai ukuran wara wiri diperairan Pusong tersebut. Karena dilokasi perkampungan nelayan tersebut, juga terdapat Tempat Pendaratan Ikan (TPI) dan juga diujung kawasan Pusong terdapat aktivitas perbengkelan perahu tradisional nelayan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TARI RANUP LAMPUAN

Tari Ranup Lampuan lebih difungsikan sebagai tarian penyambutan adat atau penyambutan para tamu terhormat yang sedang berkunjung.Tarian penyambutan ini selalu identik dengan sirih dan puan, yang dalam tradisi masyarakat Aceh memiliki nilai-nilai dan makna khusus di dalamnya. Lihat yang lagi viral saat ini. Klik di sini Dalam adat masyarakat Aceh, sirih dan puan dapat dimaknai sebagai simbol persaudaraan antar masyarakat. Sehingga ketika tamu disuguhkan sirih tersebut, berarti dia sudah diterima dengan baik oleh masyarakat di sana. Begitu juga apabila tamu sudah menikmati suguhan tersebut, berarti dia menerima sambutan baik yang diberikan oleh masyarakat. Tari Ranup Lampuan pertama kali diciptakan pada tahun 1959 oleh salah satu seniman terkenal dari Aceh yang bernama Yusrizal. Nama Tari Ranup Lampuan ini diambil dari kata “Ranup” dan “Lampuan”. Kata Ranup sendiri dalam bahasa Aceh berarti “Sirih”, sedangkan Puan adalah tempat/wadah sirih khas Aceh. Tarian  ini,  diangkat  dari

WISATA KULINER LAPANGAN HIRA' - LHOKSEUMAWE .

Lapangan Hira', adalah lapangan upacara yang biasa dilakukan oleh Pemko Lhokseumawe pada hari-hari tertentu seperti hari besar kenegaraan dan lain sebagainya. Sedangkan pada malam harinya, lapangan Hira ini berubah menjadi lokasi permainan dan juga kuliner. Menikmati malam dilapangan Hira', sangatlah mengasyikkan. apalagi pada malam liburan atau malam minggu. Karena dilokasi ini, banyak terdapat permainan anak-anak. Mulai dari kereta api yang memutar kota, rumah balon hingga mobil-mobilan yang khusus dinaiki oleh anak kecil. Bila menikmati liburan malam bersama keluarga di Lhokseumawe, maka lapangan Hira’ sangatlah cocok untuk didatangi. Selain bisa melepas anak-anak dengan permainannya ditengah lapangan, bisa juga sambil menikmati jajanan khas lapangan Hira’. Untuk makanan atau jajanan khas di Lapangan Hira’ ini adalah “Somay”. Bakso yang dicampur dengan saus dan kecap, sangat nikmat dinikmati bersama-sama dengan keluarga. pedagang somay ini, berjejer di samping lapan

TARI POH KIPAH ACEH

Tari Poh Kipah adalah sebuah tarian yang ditarikan oleh wanita, gerakannya hampir sama dengan gerakan tari Saman. Namun pada tarian ini, lebih ditonjolkan Kipas yang terbuat dari pelepah pinang yang dibentuk sedemikian rupa dan menghasilkan bunyi yang seirama. Gerakan-gerakan tarian ini juga sangat mengikuti irama lambat, sedang dan cepat.