Pada awal abad ke 14 Masehi, disepanjang sun-gai Krueng Cunda tepatnya di Gampong Banda Masen, telah terdapat cikal bakal sebutan Lhok-seumawe kuno. Dimana, kawasan dimaksud dija-dikan sebagai pelabuhan penting bagi pelayaran para mualim Kerajaan Samudera Pasai yang se-lanjutnya salah seorang mualim Samudera Pasai tersebut sebagai seorang sosok ulama yang pada akhirnya dikenal dengan sebutan Tengku Di Lhokseumawe. Tgk.Di Lhokseumawe inilah yang membangun Lhokseumawe kala itu dan wafat pada abad 14 M atau tepatnya sekitar Tahun 1398 Masehi. Akhirnya nama Tgk.Di Lhokseumawe inilah yang ditambalkan daerah terse-but sebagai Lhokseumawe yang dikenal sekarang.
Sebelum memasuki abad ke-20, Lhokseumawe diperintah oleh Uleebal-ang (bangsawan) Kutablang. Setelah perlawanan pejuang Aceh terhadap penjajah Belanda melemah, sekitar
tahun 1903, Aceh mulai dikuasai oleh Belanda.
Lhokseumawe ikut pula menjadi daer-ah taklukan dan mulai saat itu status Lhokseumawe dibawah kekuasaan Belanda menjadi Bestuur Van Lhok-seumawe dengan Zelf Bestuurder adalah Teuku Abdul Lhokseumawe tunduk dibawah Aspiran Controeleur dan di Lhokseumawe berkedudukan juga Wedana serta Asisten Residen atau Bupati.
Seiring perkembangan waktu, mulaiabad ke 20, daratan kecil (Lhokseumawe), mulai diisi bangunan-bangunan pemerintahan umum, militer dan kereta api milik Pemerintah HindiaBelanda. Bangunan demi bangunan mengisi daratan ini sampai terwujud
embrio kota yang didukung oleh pelabuhan, pasar, stasiun kereta api dan kantor-kantor lembaga pemerintahan.
Komentar
Posting Komentar