Langsung ke konten utama

SEJARAH LHOKSEUMAWE



Menurut sejarah, keberadaan kawasan ini tidak lepas dari kemunculan Kerajaan Samudera Pasai sekitar abad ke-13, kemudian kawasan ini men-jadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh sejak tahun 1524 Masehi.

Pada awal abad ke 14 Masehi, disepanjang sun-gai Krueng Cunda tepatnya di Gampong Banda Masen, telah terdapat cikal bakal sebutan Lhok-seumawe kuno. Dimana, kawasan dimaksud dija-dikan sebagai pelabuhan penting bagi pelayaran para mualim Kerajaan Samudera Pasai yang se-lanjutnya salah seorang mualim Samudera Pasai tersebut sebagai seorang sosok ulama yang pada akhirnya dikenal dengan sebutan Tengku Di Lhokseumawe. Tgk.Di Lhokseumawe inilah yang membangun Lhokseumawe kala itu dan wafat pada abad 14 M atau tepatnya sekitar Tahun 1398 Masehi. Akhirnya nama Tgk.Di Lhokseumawe inilah yang ditambalkan daerah terse-but sebagai Lhokseumawe yang dikenal sekarang.

Sebelum memasuki abad ke-20, Lhokseumawe diperintah oleh Uleebal-ang (bangsawan) Kutablang. Setelah perlawanan pejuang Aceh terhadap penjajah Belanda melemah, sekitar
tahun 1903, Aceh mulai dikuasai oleh Belanda.

Lhokseumawe ikut pula menjadi daer-ah taklukan dan mulai saat itu status Lhokseumawe dibawah kekuasaan Belanda menjadi Bestuur Van Lhok-seumawe dengan Zelf Bestuurder adalah Teuku Abdul Lhokseumawe tunduk dibawah Aspiran Controeleur dan di Lhokseumawe berkedudukan juga Wedana serta Asisten Residen atau Bupati.

Seiring perkembangan waktu, mulaiabad ke 20, daratan kecil (Lhokseumawe), mulai diisi bangunan-bangunan pemerintahan umum, militer dan kereta  api  milik  Pemerintah HindiaBelanda. Bangunan demi bangunan mengisi daratan ini sampai terwujud
embrio kota yang didukung oleh pelabuhan, pasar, stasiun kereta api dan kantor-kantor lembaga pemerintahan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TARI RANUP LAMPUAN

Tari Ranup Lampuan lebih difungsikan sebagai tarian penyambutan adat atau penyambutan para tamu terhormat yang sedang berkunjung.Tarian penyambutan ini selalu identik dengan sirih dan puan, yang dalam tradisi masyarakat Aceh memiliki nilai-nilai dan makna khusus di dalamnya. Lihat yang lagi viral saat ini. Klik di sini Dalam adat masyarakat Aceh, sirih dan puan dapat dimaknai sebagai simbol persaudaraan antar masyarakat. Sehingga ketika tamu disuguhkan sirih tersebut, berarti dia sudah diterima dengan baik oleh masyarakat di sana. Begitu juga apabila tamu sudah menikmati suguhan tersebut, berarti dia menerima sambutan baik yang diberikan oleh masyarakat. Tari Ranup Lampuan pertama kali diciptakan pada tahun 1959 oleh salah satu seniman terkenal dari Aceh yang bernama Yusrizal. Nama Tari Ranup Lampuan ini diambil dari kata “Ranup” dan “Lampuan”. Kata Ranup sendiri dalam bahasa Aceh berarti “Sirih”, sedangkan Puan adalah tempat/wadah sirih khas Aceh. Tarian  ini,  diangkat  dari

WISATA KULINER LAPANGAN HIRA' - LHOKSEUMAWE .

Lapangan Hira', adalah lapangan upacara yang biasa dilakukan oleh Pemko Lhokseumawe pada hari-hari tertentu seperti hari besar kenegaraan dan lain sebagainya. Sedangkan pada malam harinya, lapangan Hira ini berubah menjadi lokasi permainan dan juga kuliner. Menikmati malam dilapangan Hira', sangatlah mengasyikkan. apalagi pada malam liburan atau malam minggu. Karena dilokasi ini, banyak terdapat permainan anak-anak. Mulai dari kereta api yang memutar kota, rumah balon hingga mobil-mobilan yang khusus dinaiki oleh anak kecil. Bila menikmati liburan malam bersama keluarga di Lhokseumawe, maka lapangan Hira’ sangatlah cocok untuk didatangi. Selain bisa melepas anak-anak dengan permainannya ditengah lapangan, bisa juga sambil menikmati jajanan khas lapangan Hira’. Untuk makanan atau jajanan khas di Lapangan Hira’ ini adalah “Somay”. Bakso yang dicampur dengan saus dan kecap, sangat nikmat dinikmati bersama-sama dengan keluarga. pedagang somay ini, berjejer di samping lapan

TARI POH KIPAH ACEH

Tari Poh Kipah adalah sebuah tarian yang ditarikan oleh wanita, gerakannya hampir sama dengan gerakan tari Saman. Namun pada tarian ini, lebih ditonjolkan Kipas yang terbuat dari pelepah pinang yang dibentuk sedemikian rupa dan menghasilkan bunyi yang seirama. Gerakan-gerakan tarian ini juga sangat mengikuti irama lambat, sedang dan cepat.